Suatu hari, ia duduk di ruang tunggu untuk menjumpai seorang pengacara senior. Tapi ketika tiba waktunya, pengacara itu hanya melihat Lincoln sekilas dan berteriak, “Apa yang dia lakukan di sini? Singkirkan dia! Aku tidak akan berurusan dengan seekor monyet kaku!”
Lincoln berpura-pura tidak mendengar,
walaupun dia tahu kalau hinaan itu disengaja. Biarpun malu, dia tetap bersikap
tenang. Kemudian ketika pengadilan berlangsung, Lincoln diabaikan.
Namun
pengacara yang telah menghina Lincoln dengan begitu kejamnya, ternyata bisa
membela kliennya dengan brillian. Penanganannya atas kasus itu membuat Lincoln
terpesona. Katanya dalam hati, “Nalarnya sangat bagus. Argumennya tepat dan
sangat lengkap. Begitu tertata serta benar-benar dipersiapkan! Aku akan pulang
dan lebih giat belajar hukum lagi.”
Waktu berlalu…
Lincoln menjadi presiden Amerika
Serikat pada bulan Maret 1861. Di antara kritikus utamanya, terdapat Edwin M.
Stanton, pengacara yang pernah menghinanya dan melukai hatinya begitu dalam.
Namun Lincoln mengangkatnya di posisi penting sebagai Sekretaris Perang. Ia
tidak pernah lupa bahwa Stanton adalah pengacara berotak cerdas, yang amat
dibutuhkan negaranya.
Saat Lincoln meninggal, Stanton berkata, “Dia merupakan mutiara milik peradaban.”
Saat Lincoln meninggal, Stanton berkata, “Dia merupakan mutiara milik peradaban.”
Hanya seseorang yang berkarakter dan
mau memaafkan seperti Lincoln, dapat bangkit & berhasil di atas penghinaan!
_________________________________________
Maka, jaga suasana hati. Jangan biarkan sikap buruk orang lain menentukan cara
kita bertindak. Pilih untuk tetap berbuat baik dan belajarlah memafkan. Jadikan
“sampah” sebagai “pupuk” atau “bahan bakar” untuk maju—baik di lingkungan
keluarga, kerja, atau tempat tinggal kita.
Post a Comment